Menunggu, Pengorbanan dan Sakit



“ jangan kau beri harapan padaku, seperti ingin tapi tak ingin. Yang aku mau tulus hatimu bukan pura-pura.” – menghitung hari 2
Menunggu itu memang menyakitkan. Apalagi menunggu ketidakpastian. Mengambang diruang hampa. Sebenarnya selalu saja ada kesempatan untuk menyatakan perasaan ini, tapi sebanyak itu pula rasa takut kian menyeruat memaksa untuk tetap memendam semuanya. Memendam entah sampai kapan. Bahkan aku sendiri tidak tahu perasaan ini akan tersampaikan atau tidak.

Selalu saja terpikirkan untuk menyudahi semuanya. Namun lagi-lagi kembali aku teringat sudah berapa jauh pengorbanan ini. Pengorbanan? Aku sampai tak terpikir sudah berkorban begitu banyak untuk kamu. Itu berarti aku mulai mencintaimu. Bukan lagi sekedar suka.

Ya, tapi...berjalan sejauh ini bukanlah hal mudah. Kalau aku menyerah begitu saja, mau diapakan kerja keras selama ini? Kembali aku merenung.

Sakit,
Satu kata dengan banyak arti. Salah satunya, rasa yang timbul karena tak kuasa menerima kenyataan. Kenyataan yang sifatnya bertolak belakang dengan harapan. Yang hanya bisa dipendam dalam diam dan menimbulkan luka nantinya. Berbeda jika diluapkan, maka akan menjadi tangis namanya. Tidak semua orang langsung menangis saat mengalami sakit. Biasanya mereka pendam semuanya dan sewaktu-waktu saat teringat sakit yang pernah dirasakan, barulah menangis. Tangisan yang begitu hebat. Bagaimana tidak hebat. Bayangkan kamu mengalami luka yang begitu parah, begitu sakit tapi tidak seorangpun tahu. Dan tidak seorang pula yang bisa mengobati. Dipendam sendiri begitu lama. Akan seperti apa nantinya luka itu? Sudah bisa dibayangkan.  

Kedekatan ini, aku inginnya lebih. Bagaimana dengan kamu?  Kamu tahu kenapa sampai saat ini aku tidak berani mengakui semuanya? Aku takut ternyata kita tidak sehati. Dan hanya akan menimbulkan kecanggungan nantinya. Aku sudah nyaman dengan semua ini. Tak apa, aku rela meskipun terasa begitu sakit.  Lebih baik kamu terus menjadi temanku. Temanku yang amat aku cintai. 



 "Terus saja memendam rasa. Memang tak terasa sampai semuanya hampa." -oka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar