Aku dan Angin

Pada dasarnya aku merasa diciptakan Tuhan sama dengan angin yang berhembus.
Hanya saja aku hidup sedangkan dia mati.
Beberapa membenci kehadiran kami, namun kemudian mencari.
Kami seolah kosong dan terus melalangbuana.
"Untuk apa kamu mendengarnya? Bukankah dia hanya angin lalu?"

Pada malam yang terlupakan,
Angin bertemu dengan ranting yang gelisah.
Mereka bicara banyak, dengan harapan ranting menemukan kedamaian.
Benat saja, lambat laun ranting merasakan itu.
Hingga akhirnya keraguan muncul...
"Untuk apa aku mendengarnya? Bukankah dia hanya angin lalu?" pikir ranting.

Begitu juga aku.
Pada dasarnya aku diciptakan Tuhan sama dengan angin yang berhembus.


2/6/2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar